BWI.go.id – Pondok Pesantren Tahfidz Qur’an (PPTQ) Ar Royyan Pacitan menjadi saksi dari sebuah dorongan kuat untuk mengubah paradigma pengelolaan wakaf di tingkat akar rumput. Dalam acara Halaqoh Dakwah, Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Pusat secara tegas mendorong ulama dan pesantren untuk menjadi pesantren poros wakaf produktif.
Acara yang digelar di aula pondok pada Senin (24/11/2025) ini mengusung tema “Penguatan Peran Ulama dan Pesantren dalam Dakwah Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Wakaf Produktif”. Forum ini dihadiri oleh jajaran Forkopimda Kabupaten Pacitan, para Kyai sepuh, dan pimpinan ormas Islam.
Transformasi dari ‘3M’ ke Sektor Produktif
Narasumber utama, Wakil Ketua BWI Dr. KH. Ahmad Zubaidi, MA, menekankan bahwa pemahaman masyarakat tentang wakaf harus segera ditransformasi. Menurutnya, wakaf tidak boleh lagi hanya dipahami sebatas aset tidak bergerak seperti tanah untuk masjid, madrasah, atau makam (3M).
“Sungguhpun, ini juga penting, tetapi jumlahnya sudah cukup banyak,” kata Kyai Zubaidi. Ia menjelaskan bahwa wakaf juga bisa berupa harta benda bergerak seperti uang, yang memiliki fleksibilitas untuk dikelola secara produktif.
Menurutnya, pesantren adalah institusi yang paling ideal untuk memimpin perubahan ini.
“Pesantren dan Ulama memegang peran kunci. Kepercayaan masyarakat kepada Kyai dan Pesantren adalah modal sosial terbesar. Jika ini dikelola untuk menggerakkan wakaf produktif—seperti pertanian, peternakan, atau ritel—maka pesantren tidak hanya mandiri secara finansial, tapi juga bisa menyejahterakan masyarakat di sekitarnya,” ujar Kyai Zubaidi.
Dukungan Pemerintah dan Langkah Konkret
Gagasan ini mendapat sambutan positif dari pemerintah daerah. Staf Ahli Bupati, Joko Putro Utomo, berharap sinergi antara pemerintah (umara) dan ulama dapat terjalin lebih kuat untuk membangun ekosistem wakaf yang profesional.
“Ini adalah langkah awal. Harapannya, ilmu yang didapat dari Wakil Ketua BWI Pusat hari ini bisa langsung diaplikasikan, sehingga Ar Royyan dan pesantren lain di Pacitan bisa menjadi role model pemberdayaan ekonomi umat,” ungkap Joko Putro Utomo.
Acara ini juga diisi dengan langkah-langkah konkret. Selain meresmikan Forum Bahsul Masail PPTQ Ar Royyan, sebuah aspirasi penting juga disampaikan langsung kepada perwakilan pemerintah. Pengurus BWI Pacitan meminta agar Pemkab dapat memfasilitasi sebuah gedung yang tidak terpakai untuk dijadikan sekretariat BWI Pacitan, guna menunjang operasional dan koordinasi.
Halaqoh ini diharapkan menjadi titik awal bagi Pacitan untuk mengoptimalkan potensi wakafnya. Dengan menjadikan pesantren poros wakaf produktif, diharapkan dapat lahir sumber-sumber kekuatan ekonomi baru yang berasal dari, oleh, dan untuk umat.